Pada tanggal 17 Agustus 2013 lalu, ARKA mendapat kesempatan emas untuk mewawancarai homsap-homsap penting dalam dunia musik! Para homsap ini adalah personil yang berada dalam satu band yang sama. Namun, kami mewawancarai mereka secara pribadi untuk mengenali lebih lagi pengalaman, pendapat, dan project mereka dalam bermusik. Kami pun datang ke event Two For Saturday yang berlokasi di Pacific Place @america. Kemudian seusai acara langsung saja kami dipertemukan dengan Kartika Jahja atau yang akrab dipanggil Tika. * Jadi, siapa saja personil Tika and The Dissidents? - Aku vokal, Iga Massardi gitar, Susan Agiwitanto bass, Jonathan Palempung keyboard, dan Inu drum. * Iga Massardi personil baru, benar? - Iga udah gabung dari tahun 2009. Iga bergabung pada saat release Headless Songtress. Jadi, dia ga ikut dalam pembuatan album. * Masih ber-genre jazz, blues, waltz? - Kalo soal musik, genre musik gak bisa mengotakkan ini menjadi jazz, blues, atau rock. Karena pada saat kita bikin, kita berusaha untuk gak membuat bingkai dulu. Jadi, kayak kita buat lukisan. Kalo dari awal kita udah pikirin ini rock atau blues, kita ga bakal punya ruang bebas. Jadi, untuk album yang akan datang akan dirilis judulnya "Merah" itu ada elemen-elemen yang disukain sama setiap personil. Iga sangat dominan dalam memasukkan elemen gitar yang soundnya "very-very Iga", Inu dan JP (panggilan akrab dari Jonathan Palempung) yang backgroundnya jazz. Pada saat itu semua udah jadi, gue tinggal mengisi. Jadi, ya gue mengalir aja kayak air. * Kenapa tidak mencoba memilih industri? - Sebenarnya ini bukan sebuah pilihan yang berdasarkan idealisme. Kalo gue, melihat industri di Indonesia belum kondusif untuk jenis-jenis musik yang seperti kami. Kalo misalnya industrinya udah kondusif dan mementingkan musik dibandingkan keuntungan secara seimbang, mungkin gue juga gak memungkiri bahwa lebih enak. Karena, kita gak harus ngurus semuanya sendiri. Kita bisa punya infranstruktur yang benar dan manajemen yang benar. Karena kalo kita di independen kan kita harus ngurus semuanya sendiri. Tapi di satu sisi, lo juga banyak belajar. Lo gak cuma bisa nyanyi doang, harus tau semuanya dan ngerjain semuanya sendiri. Cuman sekarang, ya itu, industrinya sendiri sebenarnya orang-orang pelaku industri itu orang-orang yang gak peduli sama musik, orang-orang yang cuman ngeliat kira-kira dengan produksi yang se murah mungkin dan dijual sebanyak mungkin. Dan akhirnya, industri musik Indonesia juga bisa dibilang "crash". Setelah masa RBT sudah lewat, terus sekarang dengan digital download yang begitu mudah industrinya justru "crash" dan musisi kayak kita ini "survive" terus. Ya, kita gak bergantung dalam satu sistem, kita jalan terus. * Pengalaman paling berkesan dalam industri independen? - Musisi harus tau gimana dari ngolor kabel sampe nyanyi sampe ngatur tour sendiri. Pengalaman paling seru adalah waktu awal-awal kelahiran scene independen sekitar tahun 2003-2004, ada satu club namanya Bibiz. Disitu mulai ada band-band mulai dari The Upstairs, Seringai, The Brandals main disitu. Pada saat itu, gue belom mengerti sounds sama sekali dan pada saat itu ada satu band yang nanya "lo bisa gak nge-crew in kita?" Secara gue cewe kan, lucu juga sebenernya crew-in band yang isinya cowo-cowok semua. Jadi, hmm boleh juga, terus gue ditanya "Lo ngerti sound kan?" Gue jawab, "…ya…ya ngerti" padahal gue gak ngerti sama sekali! Terus jadi caur banget gitu mereka mainnya gara-gara gue masang ampli-nya kekerasan dan salah-salah. Jadi, ya gitu lah. * Wishes untuk Indonesia dalam rangka 17 Agustus? - Sebenernya, Indonesia secara negara gue cinta banget. Sebagai negara gue prihatin karena negara ini terus menerus menghancurkan negerinya. Punya negeri yang kaya, tapi dibikin miskin. Punya orang-orang potensial tapi gak diberi pendidikan yang cukup. Kalo gue sih kita jangan terlalu berharap negara, karena masing-masing individu punya power yang lebih dari yang kita sadari, power untuk memerdekakan diri sendiri dan memerdekakan orang yang ada disebelah kita. Harapan gue justru personal independence, individual independence. Gimana kita mau merdeka kalo harus nurut orangtua maunya jadi apa, cita-cita kita masih ditentukan orang tua, kita mau pake baju apa tapi pacar kita gak suka terus kita gak jadi pake baju itu? What about your personal independence dulu, baru kita berbicara tentang kemerdekaan negara. * Lalu, kapan album Merah akan di release? - Pada bulan September. Setelah seru mewawancarai Tika akhirnya kami pun menemui Iga, gitaris dari Tika and The Dissidents. * Seperti yang kita ketahui, Iga sangat mencintai gitar. Seberapa besar kecintaan Iga terhadap gitar? Dan mengapa? - Ya, karena itu salah satu perkakas gua untuk menyarankan apa yang ada di pikiran gua. Salah satu medianya selain dengan menulis yaitu gitar. * Merasa enjoy-kah bersama dengan Tika and The Dissidents?
- Ya, enjoy-enjoy. Karena, memang ini salah satu "outlet" kreatif gua dalam bermusik. Jadi, mengenai gitar dan lain-lain gua bisa tuangin di Tika and The Dissidents. * Mengapa ingin mengabdi menjadi guru les? - Karena semua yang gua bisa pelajarin gue gak merasa terlalu berguna kalau gak gua share ke orang lain, sih. Ilmu yang berguna itu ilmu yang lo transfer ke orang lain. Ilmu yang lo gunakan untuk lo sendiri itu akan habis disitu. Kecuali lo buat sesuatu untuk orang lain. Ya, gua harus bisa transfer kemampuan gua ini ke orang lain yang butuh. Karena, gua rasa itu kebutuhan gua untuk bisa sharing ke orang lain. * Orang-orang di luar sana sudah penasaran dengan Bara Suara… - Itu project yang lagi gua garap, itu lagu-lagu gua sendiri yang gua tulis dan sekarang lagi gua rekam. Message dari Bara Suara adalah tentang Indonesia. Bukan berarti tentang nasionalisme, cuman gua ingin mempresentasikan musik yang gua buat itu adalah "musik gua" untuk mencirikan bahwa ini adalah musik yang dibuat oleh orang Indonesia. * Kapan akan diperdengarkan? - Kalau mau diperdengarkan sih, gua gak bisa jawab. Karena sekarang masih gua bikin dan masih gua tata dengan rapih. Gua pengen ini kayak bayi gua. Jadi, gua tanam, rapihin, dan urus dengan baik. Sampai kemudian gua udah yakin, baru gua lepasin. * Jadi, masih dalam bibit? - Gak, gak dalam waktu yang lama sih. Karena, gua juga pengen bisa selesai cepet. Gua juga mengerjakan ini secepat mungkin tanpa gua merasa terburu-buru. Gimana nih, homsap? Udah tidak sabar dengan kehadiran album Merah dari Tika and The Dissidents September ini? // Trixie "Sisrot" Rachel
0 Comments
Leave a Reply. |
Categories
All
|